Jumat, 28 September 2012

Penyesalan.........


Malam ini kucoba kembali untuk menulis, menceritakan episode cerita kehidupanq. Meski dengan air mata yang berlinang, kupaksakan untuk tetap merangkai kata demi kata menceritakan betapa durhakanya diriku. Durhaka? Ya durhaka.....dan aku patut bersyukur juga karena Allah SWT langsung membalasnya kedurhakaanku hari itu juga.
Malam minggu kemarin, ummi ku telepon. Tepat beberapa saat setelah maghrib, HP q berbunyi. Segera saja kuangkat saat melihat nama adikku tertera di layar telepon. Well, karena memang ummi ku tidak bisa mengoperasikan HP jadi beliau memakai HP adikku. Awalnya biasa, sekedar menanyakan kabarku. Gimana kabarnya? Sehat ga? Kuliahnya gimana? Lagi ngapain? Dan beberapa pertanyaan lain yang tidak mungkin aku tuliskan disini. Percakapan dengan ummiku diakhiri dengan pesan beliau untuk tidak keluar kemana-mana. Baru saja, mengakhiri percakapan via HP dengan ummiku, aku mengajak temen kuliahku untuk pergi ke BK membeli kebutuhan sehari-hari ala anak kost.
Tepat saat adzan isya berkumandang, aku dan temanku dalam perjalanan ke BK. Namun, tiba-tiba saja gerimis. Karena kupikir gerimis itu hanya mampir sebentar di Purwokerto, aku pun tetap memutuskan untuk melanjutkan perjalanan tanpa memikirkan bahwa itu adalah tanda dari Allah SWT untuk menghentikan perjalanan. Alhasil.....BRAKKK......!!! tepat ketika akan berbelok ke kanan, tiba-tiba saja ada motor dari arah belakang yang nyalip dari sebelah kanan dan tanpa diduga dari arah yang berlawanan ada motor lagi yang sangat cepat dan tanpa bisa dihindari langsung menabrak motorku. Innalillahi....Astaghfirullahal ‘adzim....Aku hanya bisa beristighfar saat itu. Bayang-bayang wajah ummi ku membuatku lemas, takut, dan merasa sangat bersalah. Kata-kata beliau langsung terngiang-ngiang.....jangan keluar malam ini, di kost aja...aku langsung sadar bahwa ternyata ini adalah teguran dari Allah SWT karena aku tidak menuruti kata-kata ummi ku. Syukur Alhamdulillah aku baik-baik saja. Hanya sedikit lecet dan memar di kaki. Tapi lain halnya dengan motorku yang bagian kanan depan rusak berat. Hatiku sangat tidak tenang saat itu. Takut, sedih, cemas, shock bercampur jadi satu. Bukan karena apa-apa, tapi hanya karena takut dengan kedua orang tuaku. Atas perintah warga setempat yang menyaksikan kecelakaan itu, aku pun pergi meninggalkan TKP (karena kata mereka aku gak salah). Aku pergi ke tempat temenku yang sama-sama dari Tegal. Tapi, ternyata dia gak ada. Akhirnya, aku pun pergi ke tempat temenku yang lain yang terdekat. Saat itu, aku baru sadar kalau ternyata ban motornya bocor. Di tempat temenku, dengan gemeteran aku menelpon abi. Tapi nihil, HP nya gak aktif. Akhrinya aku mencoba menelpon adikku. Dan sama, hasilnya nihil. Aku pun memutuskan untuk menelpon rumah. Alhasil, aku semakin gemeteran saat tahu yang menerima adalah ummi ku. Dengan hati-hati dan perasaan takut yang teramat sangat aku pun menceritakan kejadian yang menimpaku. Ummi ku terdengar cemas mendengar ceritaku dan aku tahu beliau menahan tangisnya karena mengkhawatirkanku. Aku semakin merasa berdosa, karena membuat ummi ku yang baru sembuh dari sakit menjadi khawatir. Air mataku pun tak bisa kubendung...terus keluar bersamaan dengan kata-kata yang kuucapkan pada ummi ku. Sungguh aku merasa sangat berdosa malam itu..........Ya Allah, Ya Rabbal ‘Alamin...ampunilah dosaku. Setelah berbicara dengan ummi, akhirnya abi ku menelpon. Aku sempet ragu untuk mengangkatnya, namun kuberanikan diri. Dan ternyata yang kudengar pertama kali adalah suara abi ku yang tertawa. Well, beliau bukannya memarahiku tapi malah berusaha untuk menghiburku. Makin lengkap sudah perasaan bersalahku. Terlebih ketika abi ku mengatakan bahwa besok habis shubuh akan ke Purwokerto untuk service motorku. Air mata ku pun makin deras.....sungguh aku tak sanggup lagi meminta ini itu kepada kedua orangtuaku. Aku terlalu banyak merepotkan mereka. Apalagi ketika keesokan harinya aku tahu abiku pasti kecapaian karena harus bawa mobil sendiri ke Purwokerto, padahal kemarinnya habis mencari-cari hewan untuk hari raya idul adha. Malam itu juga, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bukan karena trauma, tapi karena rasa bersalahku yang amat sangat kepada kedua orangtuaku. Meskipun tidak melihat secara langsung, aku tahu kedua orangtuaku sangat mengkhawtirkanku, terlebih umi ku. Belum lama sebelumnya, umi ku harus kehilangan kakak iparnya yang meninggal saat mencari uang karena kecelakaan tunggal, dan hari itu anak pertamanya yaitu aku yang mengalami kecelakaan.
Aku sangat menyesal karena tidak menuruti pesan ummi ku malam itu. Aku khilaf. Ingin rasanya aku meminta maaf secara langsung kepada ummi ku dan mencium telapak tangannya. Tapi, apa daya. Hanya abi ku yang bisa datang ke Purwokerto hari itu. Ini adalah teguran langsung dari Allah yang kesekian kalinya ketika aku tidak menuruti perkataan orangtuaku, terutama ummi ku. Namun, aku masih saja bandel dan nekat. Setelah malam itu, aku berjanji kepada diriku sendiri untuk tidak lagi mengabaikan berbagai perkataan kedua orangtuaku.  Yeah, aku janji. Aku tidak akan lagi membuat mereka khawatir. 

0 komentar:

Posting Komentar