Malam
ini kucoba kembali untuk menulis, menceritakan episode cerita kehidupanq. Meski
dengan air mata yang berlinang, kupaksakan untuk tetap merangkai kata demi kata
menceritakan betapa durhakanya diriku. Durhaka? Ya durhaka.....dan aku patut
bersyukur juga karena Allah SWT langsung membalasnya kedurhakaanku hari itu
juga.
Malam
minggu kemarin, ummi ku telepon. Tepat beberapa saat setelah maghrib, HP q
berbunyi. Segera saja kuangkat saat melihat nama adikku tertera di layar
telepon. Well, karena memang ummi ku tidak bisa mengoperasikan HP jadi beliau
memakai HP adikku. Awalnya biasa, sekedar menanyakan kabarku. Gimana kabarnya?
Sehat ga? Kuliahnya gimana? Lagi ngapain? Dan beberapa pertanyaan lain yang
tidak mungkin aku tuliskan disini. Percakapan dengan ummiku diakhiri dengan
pesan beliau untuk tidak keluar kemana-mana. Baru saja, mengakhiri percakapan
via HP dengan ummiku, aku mengajak temen kuliahku untuk pergi ke BK membeli
kebutuhan sehari-hari ala anak kost.
Tepat
saat adzan isya berkumandang, aku dan temanku dalam perjalanan ke BK. Namun,
tiba-tiba saja gerimis. Karena kupikir gerimis itu hanya mampir sebentar di
Purwokerto, aku pun tetap memutuskan untuk melanjutkan perjalanan tanpa
memikirkan bahwa itu adalah tanda dari Allah SWT untuk menghentikan perjalanan.
Alhasil.....BRAKKK......!!! tepat ketika akan berbelok ke kanan,
tiba-tiba saja ada motor dari arah belakang yang nyalip dari sebelah kanan dan
tanpa diduga dari arah yang berlawanan ada motor lagi yang sangat cepat dan
tanpa bisa dihindari langsung menabrak motorku. Innalillahi....Astaghfirullahal
‘adzim....Aku hanya bisa beristighfar saat itu. Bayang-bayang wajah ummi ku
membuatku lemas, takut, dan merasa sangat bersalah. Kata-kata beliau langsung
terngiang-ngiang.....jangan keluar malam ini, di kost aja...aku langsung
sadar bahwa ternyata ini adalah teguran dari Allah SWT karena aku tidak
menuruti kata-kata ummi ku. Syukur Alhamdulillah aku baik-baik saja. Hanya sedikit
lecet dan memar di kaki. Tapi lain halnya dengan motorku yang bagian kanan
depan rusak berat. Hatiku sangat tidak tenang saat itu. Takut, sedih, cemas, shock
bercampur jadi satu. Bukan karena apa-apa, tapi hanya karena takut dengan kedua
orang tuaku. Atas perintah warga setempat yang menyaksikan kecelakaan itu, aku
pun pergi meninggalkan TKP (karena kata mereka aku gak salah). Aku pergi ke
tempat temenku yang sama-sama dari Tegal. Tapi, ternyata dia gak ada. Akhirnya,
aku pun pergi ke tempat temenku yang lain yang terdekat. Saat itu, aku baru
sadar kalau ternyata ban motornya bocor. Di tempat temenku, dengan gemeteran
aku menelpon abi. Tapi nihil, HP nya gak aktif. Akhrinya aku mencoba menelpon
adikku. Dan sama, hasilnya nihil. Aku pun memutuskan untuk menelpon rumah. Alhasil,
aku semakin gemeteran saat tahu yang menerima adalah ummi ku. Dengan hati-hati
dan perasaan takut yang teramat sangat aku pun menceritakan kejadian yang
menimpaku. Ummi ku terdengar cemas mendengar ceritaku dan aku tahu beliau menahan
tangisnya karena mengkhawatirkanku. Aku semakin merasa berdosa, karena membuat
ummi ku yang baru sembuh dari sakit menjadi khawatir. Air mataku pun tak bisa
kubendung...terus keluar bersamaan dengan kata-kata yang kuucapkan pada ummi
ku. Sungguh aku merasa sangat berdosa malam itu..........Ya Allah, Ya Rabbal
‘Alamin...ampunilah dosaku. Setelah berbicara dengan ummi, akhirnya abi ku
menelpon. Aku sempet ragu untuk mengangkatnya, namun kuberanikan diri. Dan ternyata
yang kudengar pertama kali adalah suara abi ku yang tertawa. Well, beliau
bukannya memarahiku tapi malah berusaha untuk menghiburku. Makin lengkap sudah
perasaan bersalahku. Terlebih ketika abi ku mengatakan bahwa besok habis shubuh
akan ke Purwokerto untuk service motorku. Air mata ku pun makin
deras.....sungguh aku tak sanggup lagi meminta ini itu kepada kedua orangtuaku.
Aku terlalu banyak merepotkan mereka. Apalagi ketika keesokan harinya aku tahu
abiku pasti kecapaian karena harus bawa mobil sendiri ke Purwokerto, padahal
kemarinnya habis mencari-cari hewan untuk hari raya idul adha. Malam itu juga,
aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bukan karena trauma, tapi karena rasa
bersalahku yang amat sangat kepada kedua orangtuaku. Meskipun tidak melihat
secara langsung, aku tahu kedua orangtuaku sangat mengkhawtirkanku, terlebih
umi ku. Belum lama sebelumnya, umi ku harus kehilangan kakak iparnya yang
meninggal saat mencari uang karena kecelakaan tunggal, dan hari itu anak
pertamanya yaitu aku yang mengalami kecelakaan.
Aku
sangat menyesal karena tidak menuruti pesan ummi ku malam itu. Aku khilaf. Ingin
rasanya aku meminta maaf secara langsung kepada ummi ku dan mencium telapak
tangannya. Tapi, apa daya. Hanya abi ku yang bisa datang ke Purwokerto hari
itu. Ini adalah teguran langsung dari Allah yang kesekian kalinya ketika aku
tidak menuruti perkataan orangtuaku, terutama ummi ku. Namun, aku masih saja bandel
dan nekat. Setelah malam itu, aku berjanji kepada diriku sendiri untuk
tidak lagi mengabaikan berbagai perkataan kedua orangtuaku. Yeah, aku janji. Aku tidak akan lagi membuat
mereka khawatir.
0 komentar:
Posting Komentar